Monday, September 2, 2013

Missworld? so what? #1

Missworld 2013. Setelah muter-muter ke beberapa negara, ajang kontes kecantikan yang “mendunia” ini akhirnya singgah juga ke Indonesia. Merespon hal ini ternyata masyarakat indonesia tidak sampai pada satu kesimpulan yang senada..seperti Lady Gaga, Metallica, dan ikon-ikon entertainment barat lain yang ingin show up di negeri ini, kehadiran Missworld di indonesia juga menuai Pro dan Kontra.

Gue lihat sih missworld ini ibarat “western food” yang sudah siap disuguhkan ke meja makan masyarakat Indonesia. Nah, namanya juga suguhan, ya responnya juga macem-macem. Ada yang disuguhkan, langsung dimakan tanpa pikir dua kali. Ada yang ketika disuguhkan mikir-mikir dulu lalu ikutan makan. Ada yang makannya malu-malu, ada yang rakus juga makan lahap gak liat kanan kiri (kayak mau nyebrang jalan aja pake liat kanan kiri :D) . Tapi ada juga yang gak mau makan sama sekali. Ada yang makan diem-diem, sama seperti yang gak makan juga ada yang diem-diem. Tapi ada yang makan ngajak-ngajak orang lain. Yang gak mau makan juga sama, ada yang ngajak-ngajak orang supaya gak ikutan makan. Nah loh, sob. Posisi lu ada di mana? :D Kalau gue ada di bagian yang ngajak-ngajak. 

Nah, gue pro atau kontra lu bisa simpulin sendiri dari tulisan ini.

Penerimaan rakyat Indonesia terhadap Missworld mengindikasikan bahwa infiltrasi budaya barat telah merasuk ke masyarakat Indonesia di segala lapisan,lintas generasi hingga ke sendi-sendinya, Tua , muda, anak-anak, kalangan elit hingga ke akar rumput. Gue katakan bahwa kultur yang tersimbol dalam missworld itu sungguh berbeda dengan akar budaya bangsa kita. Yuklah kita bahas satu satu.

Kita mulai dari argumentasi yang mengatakan ajang missworld akan mendongkrak popularitas pariwisata Indonesia. Bisa sih, tapi gue sepakat dengan apa yang diaktakan bang Tere Liye (salah seorang novelis Indonesia) kalau yang lebih diuntungkan justru bukan sektor pariwisata, tapi sektor industri artifisial. Toh objek yang menjadi sorotan utama adalah peserta dengan berbagai aksesoris yang dipakainya. Jadi logis lah ya kalau yang lebih termarketisasi adalah produk2 kecantikan, seperti kosmetik, pakaian, perhiasan, dan semacamnya. Belum lagi tentang data yang dishare bang Tere tentang penurunan visitor mancanegara di beberapa negara pemenang missworld. Venezuela (pemenang missworld 2008 dan 2009) pertumbuhan turis mancanegaranya minus 3%. Jepang (pemenang tahun 2007) tumbuh 0 sekian persen saja. Paling tragis Kanada, sejak menang missworld kunjungan turisnya menurun derastis dari 18 juta ke 17 juta sob. Artinya, kontes missworld tidak berkorelasi dan tidak berpengaruh nyata terhadap kenaikan popularitas pariwisata di sebuah negara. Coba deh dianalsis korelasi  atau dibuat persamaan regresi liniernya dengan software Minitab 14, SAS, dll pasti kebukti deh. Gak ngaruh! (ceile, ceritanya yang nulis lagi skripsian, jadi gapapalah dikit-dikit pinjem bahasa pengolahan data anak statisik :p).

Kita lanjut ke bahasan tentang slogan yang dikampanyekan di missworld ya, brain, beauty, and behavior. Jujur pertama kali gue denger gue langsung tertarik sob. Bagus banget soalnya, kalau tiga karakter ini terperangkap dalam satu wujud wanita, pasti jadi wanita yang paripurna. Tapi belakangan, gue  ngeh kalau slogan ini di missworld cuma kedok belaka.
  
Okelah masalah brain gue gak yakin lebih pinter dari peserta miss world. Tapi kalau mau cari yang pinter, kok gak ada ya peserta yang profesor, doktor, atau ilmuwan peraih nobel gitu? Apa karena kebanyakan dari mereka sudah berumur lanjut dan sudah tidak cantik secara fisik? Nah sampe sini kedoknya udah mulai kebuka nih. Gimana menurut lu sob?

Apalagi masalah beauty, dalam definisi missworld, beauty hanya dibatasi pada kecantikan fisik saja. Lihat aja sob, mereka yang lulus audisi itu hanya yang cantik secara fisik. Mana ada kita lihat mereka yang lulus audisi memiliki keterbatasan fisik, misal (maaf) penyandang cacat, bertubuh gemuk, pendek, dan lain-lain. Ya karena itu, penilaian kecantikan dalam missworld hanya terbatas pada kecantikan fisik yang sudah dibawa sejak lahir, given. Ini sih tidak berkeadilan sosial namanya sob. Padahal sewajarnya semua wanita yang terlahir di dunia pantas dan berpeluang menjadi cantik. Ya, kecantikan dari dalam yang disebut “inner beauty”. Yang menjadi  inti kecantikan wanita itu bukan terletak pada tinggi tubuh, keelokan paras, dan batasan-batasan fisik lainnya, melainkan terletak pada kecantikan hati, kesantunan perbuatan, kesopanan sikap, ketaatan dalam beragama, dan sebagainya. Terlebih sob, gak ada dalam definisi kamus kebudayaan kita kecantikan fisik itu untuk dipertontonkan atau diperlombakan. Tuh kan kedok lagi..

Masalah behavior ini juga bertentangan dengan kultur ke-indonesiaan kita pada taraf yang sangat mengerikan. Behavior itu sendiri adalah perwujudan kecantikan hati (beauty), ya gak sob?  Hati yang baik akan mewujudkan prilaku baik, santun, dan terhormat. Tapi bagi wanita yang bersedia menggunakan (maaf) bikini melangkah gemulai di atas panggung dan ditonton oleh jutaan orang, apakah terhormat? Itu namanya sih banting harga diri. Harga diri yang cukup dibayar rupiah, apalagi rupiah lagi anjlok nilainya, ngikut anjlok dah tuh harga diri. Kalau pun dibayar dolar, toh saat ini 1 dolar juga gak nyampe 12 ribu.. (ah, koq jadi bahas nilai mata uang nih, back to topick ya)...

Okelah sob, lain ladang lain belalang. Lain kolam lain ikannya. Beda daerah berbeda normanya. Mungkin di barat menggunakan (maaf) bikini atau (maaf lagi..maaf –maaf terus deh dari tadi :p ) telanjang di depan umum sekalipun adalah hal biasa. Tapi tidak di Indonesia. Maka biarlah Missworld ini diadakan di barat dan untuk orang barat. Tapi bukan diadakan di Indonesia dan bukan untuk orang Indonesia. Gue aja yang nulis opini tentang missworld harus berkali-kali bilang maaf. Terlebih kepada panitia penyelenggara, yang memberikan perizinan, yang menyiarkan, dan semua pihak yang bertanggung jawab atas terselenggaranya miss world di Indonesia, harusnya mereka lebih banyak lagi mengucapkan maaf kepada ratusan juta rakyat Indonesia..! (sambil nunjuk ke hidung sendiri).

Bangsa Indonesia itu kan gue,lu, kita semua. Kita lihat, infiltrasi budaya barat hingga kini masih berlanjut melalui tiga corong besarnya, Fashion, Food, and Film,secara perlahan tapi pasti semakin mengikis budaya kita yang orisinil...salah satu bentuk infiltrasinya nya ya ajang Missworld ini. Justru kalau kita izinkan missworld sekarang terselenggara di Indonesia, kedepan kita akan semakin permisif terhadap infiltrasi budaya barat dengan bentuk semacam ini atau bentuk yang berbeda namun dampaknya jauh lebih merusak. Tentu kita gak pengen ini kejadian. Sebagai sebuah entitas yang sangat besar dan beradab, jangan biarkan akar budaya kita tercabut dari ruh bangsa kita sob.
Juga sebagai bagian dari bangsa ini yang ingin turut berperan dalam “mencerdaskan kehidupan bangsa” sesuai amanah pembukaan UUD’45, meskipun hanya dengan tulisan abal-abalan penuh tambal sulam, gue merasa terpanggil dalam mengajak kita semua dengan cerdas serempak mengatakan,  #TolakMissWorld! Deal? Yuk!

No comments:

Post a Comment