Missworld 2013. Setelah muter-muter ke beberapa negara,
ajang kontes kecantikan yang “mendunia” ini akhirnya singgah juga ke Indonesia.
Merespon hal ini ternyata masyarakat indonesia tidak sampai pada satu
kesimpulan yang senada..seperti Lady Gaga, Metallica, dan ikon-ikon
entertainment barat lain yang ingin show up di negeri ini, kehadiran Missworld
di indonesia juga menuai Pro dan Kontra.
Gue lihat sih missworld ini ibarat “western food” yang sudah
siap disuguhkan ke meja makan masyarakat Indonesia. Nah, namanya juga suguhan,
ya responnya juga macem-macem. Ada yang disuguhkan, langsung dimakan tanpa
pikir dua kali. Ada yang ketika disuguhkan mikir-mikir dulu lalu ikutan makan. Ada
yang makannya malu-malu, ada yang rakus juga makan lahap gak liat kanan kiri
(kayak mau nyebrang jalan aja pake liat kanan kiri :D) . Tapi ada juga yang gak
mau makan sama sekali. Ada yang makan diem-diem, sama seperti yang gak makan
juga ada yang diem-diem. Tapi ada yang makan ngajak-ngajak orang lain. Yang gak
mau makan juga sama, ada yang ngajak-ngajak orang supaya gak ikutan makan. Nah
loh, sob. Posisi lu ada di mana? :D Kalau gue ada di bagian yang ngajak-ngajak.
Nah, gue pro atau kontra lu bisa simpulin sendiri dari tulisan ini.
Penerimaan rakyat Indonesia terhadap Missworld
mengindikasikan bahwa infiltrasi budaya barat telah merasuk ke masyarakat
Indonesia di segala lapisan,lintas generasi hingga ke sendi-sendinya, Tua ,
muda, anak-anak, kalangan elit hingga ke akar rumput. Gue katakan bahwa kultur
yang tersimbol dalam missworld itu sungguh berbeda dengan akar budaya bangsa
kita. Yuklah kita bahas satu satu.
Kita mulai dari argumentasi yang mengatakan ajang missworld akan
mendongkrak popularitas pariwisata Indonesia. Bisa sih, tapi gue sepakat dengan
apa yang diaktakan bang Tere Liye (salah seorang novelis Indonesia) kalau yang
lebih diuntungkan justru bukan sektor pariwisata, tapi sektor industri
artifisial. Toh objek yang menjadi sorotan utama adalah peserta dengan berbagai
aksesoris yang dipakainya. Jadi logis lah ya kalau yang lebih termarketisasi
adalah produk2 kecantikan, seperti kosmetik, pakaian, perhiasan, dan
semacamnya. Belum lagi tentang data yang dishare bang Tere tentang penurunan
visitor mancanegara di beberapa negara pemenang missworld. Venezuela (pemenang
missworld 2008 dan 2009) pertumbuhan turis mancanegaranya minus 3%. Jepang
(pemenang tahun 2007) tumbuh 0 sekian persen saja. Paling tragis Kanada, sejak
menang missworld kunjungan turisnya menurun derastis dari 18 juta ke 17 juta sob.
Artinya, kontes missworld tidak berkorelasi dan tidak berpengaruh nyata
terhadap kenaikan popularitas pariwisata di sebuah negara. Coba deh dianalsis
korelasi atau dibuat persamaan regresi
liniernya dengan software Minitab 14, SAS, dll pasti kebukti deh. Gak ngaruh!
(ceile, ceritanya yang nulis lagi skripsian, jadi gapapalah dikit-dikit pinjem
bahasa pengolahan data anak statisik :p).
Kita lanjut ke bahasan tentang slogan yang dikampanyekan di
missworld ya, brain, beauty, and behavior.
Jujur pertama kali gue denger gue langsung tertarik sob. Bagus banget soalnya,
kalau tiga karakter ini terperangkap dalam satu wujud wanita, pasti jadi wanita
yang paripurna. Tapi belakangan, gue ngeh
kalau slogan ini di missworld cuma kedok belaka.
Okelah masalah brain
gue gak yakin lebih pinter dari peserta miss world. Tapi kalau mau cari yang
pinter, kok gak ada ya peserta yang profesor, doktor, atau ilmuwan peraih nobel
gitu? Apa karena kebanyakan dari mereka sudah berumur lanjut dan sudah tidak
cantik secara fisik? Nah sampe sini kedoknya udah mulai kebuka nih. Gimana
menurut lu sob?
Apalagi masalah beauty,
dalam definisi missworld, beauty
hanya dibatasi pada kecantikan fisik saja. Lihat aja sob, mereka yang lulus
audisi itu hanya yang cantik secara fisik. Mana ada kita lihat mereka yang
lulus audisi memiliki keterbatasan fisik, misal (maaf) penyandang cacat, bertubuh
gemuk, pendek, dan lain-lain. Ya karena itu, penilaian kecantikan dalam
missworld hanya terbatas pada kecantikan fisik yang sudah dibawa sejak lahir, given. Ini sih tidak berkeadilan sosial namanya
sob. Padahal sewajarnya semua wanita yang terlahir di dunia pantas dan berpeluang
menjadi cantik. Ya, kecantikan dari dalam yang disebut “inner beauty”. Yang menjadi inti
kecantikan wanita itu bukan terletak pada tinggi tubuh, keelokan paras, dan
batasan-batasan fisik lainnya, melainkan terletak pada kecantikan hati,
kesantunan perbuatan, kesopanan sikap, ketaatan dalam beragama, dan sebagainya.
Terlebih sob, gak ada dalam definisi kamus kebudayaan kita kecantikan fisik itu
untuk dipertontonkan atau diperlombakan. Tuh kan kedok lagi..
Masalah behavior ini
juga bertentangan dengan kultur ke-indonesiaan kita pada taraf yang sangat
mengerikan. Behavior itu sendiri adalah perwujudan kecantikan hati (beauty), ya
gak sob? Hati yang baik akan mewujudkan
prilaku baik, santun, dan terhormat. Tapi bagi wanita yang bersedia menggunakan
(maaf) bikini melangkah gemulai di atas panggung dan ditonton oleh jutaan
orang, apakah terhormat? Itu namanya sih banting harga diri. Harga diri yang
cukup dibayar rupiah, apalagi rupiah lagi anjlok nilainya, ngikut anjlok dah
tuh harga diri. Kalau pun dibayar dolar, toh saat ini 1 dolar juga gak nyampe
12 ribu.. (ah, koq jadi bahas nilai mata uang nih, back to topick ya)...
Okelah sob, lain ladang lain belalang. Lain kolam lain
ikannya. Beda daerah berbeda normanya. Mungkin di barat menggunakan (maaf) bikini
atau (maaf lagi..maaf –maaf terus deh dari tadi :p ) telanjang di depan umum
sekalipun adalah hal biasa. Tapi tidak di Indonesia. Maka biarlah Missworld ini
diadakan di barat dan untuk orang barat. Tapi bukan diadakan di Indonesia dan
bukan untuk orang Indonesia. Gue aja yang nulis opini tentang missworld harus
berkali-kali bilang maaf. Terlebih kepada panitia penyelenggara, yang memberikan
perizinan, yang menyiarkan, dan semua pihak yang bertanggung jawab atas
terselenggaranya miss world di Indonesia, harusnya mereka lebih banyak lagi
mengucapkan maaf kepada ratusan juta rakyat Indonesia..! (sambil nunjuk ke
hidung sendiri).
Bangsa Indonesia itu kan gue,lu, kita semua. Kita lihat,
infiltrasi budaya barat hingga kini masih berlanjut melalui tiga corong
besarnya, Fashion, Food, and Film,secara
perlahan tapi pasti semakin mengikis budaya kita yang orisinil...salah satu
bentuk infiltrasinya nya ya ajang Missworld ini. Justru kalau kita izinkan
missworld sekarang terselenggara di Indonesia, kedepan kita akan semakin
permisif terhadap infiltrasi budaya barat dengan bentuk semacam ini atau bentuk
yang berbeda namun dampaknya jauh lebih merusak. Tentu kita gak pengen ini
kejadian. Sebagai sebuah entitas yang sangat besar dan beradab, jangan biarkan
akar budaya kita tercabut dari ruh bangsa kita sob.
Juga sebagai bagian dari bangsa ini yang ingin turut
berperan dalam “mencerdaskan kehidupan bangsa” sesuai amanah pembukaan UUD’45,
meskipun hanya dengan tulisan abal-abalan penuh tambal sulam, gue merasa
terpanggil dalam mengajak kita semua dengan cerdas serempak mengatakan, #TolakMissWorld! Deal? Yuk!
No comments:
Post a Comment