Tuesday, June 14, 2011

Jumat, 10 Juni 2011 pukul 15:03:00 Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK)Menyatukan Tekad di Puskomdays

Oleh Indah Wulandari

---Koran Republika---
Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) se-Indonesia menyatukan tekad meraih posisi di kancah internasional. Tekad tersebut digaungkan pada gelaran Puskom Days selama tiga hari lalu, yaitu pada 3 hingga 5 Juni 2011 di kampus Dermaga, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Semangat meraih prestasi internasional itu tecermin dari tema acara "Potensi Indonesia dalam Restrukturisasi Internasional". Antusiasme peserta dari Sabang hingga Merauke pun tampak mulai awal hingga akhir acara. Tercatat 47 universitas mengirimkan delegasinya. Setidaknya ada sekitar 400 mahasiswa mengikuti seluruh rangkaian acara.

Pada hari pertama, mantan menteri kelautan dan perikanan, Rokhmin Dahuri, menyampaikan pandangan-pandangannya. Ia mengupas tuntas potensi sumber daya alam Indonesia serta peta politik perdagangan dunia. Menurutnya, peran pemuda Muslim sangat dibutuhkan untuk merestrukturisasi kekuatan Indonesia dalam persaingan global.

"Semuanya tinggal menunggu waktu saja. Potensi pemuda Indonesia sangat besar, hanya tinggal menambah kepercayaan diri," ungkap Rokhmin. Urusan internal pun dibahas di hari berikutnya. Panitia acara merancang pelatihan-pelatihan khusus bagi para kader lembaga dakwah kampus (LDK) dari daerah.

Mereka melakukan akselerasi program nasional serta rapat-rapat membahas program kerja lanjutan. "Acara ini sekaligus memberi pemahaman bagi para kader agar lebih mengembangkan potensi di wilayahnya masing-masing," papar Ketua Panitia Puskom Days, Khairil Azhar.

Menurut dia, kegiatan ini juga sekaligus menjadi salah satu bentuk koordinasi jejaring FSLDK yang lebih solid. Di hari terakhir, ada pembekalan organisasi mandiri. Setelah melakukan long march mengelilingi kampus IPB, ratusan peserta mengikuti seminar sekaligus pelatihan LDK Mandiri Financial.

Mereka saling berbagi kiat-kiat menjadi organisasi produktif untuk membiayai kegiatan  operasionalnya. Caranya, sebut Khairil, dengan menggunakan potensi yang ada serta jeli memanfaatkan peluang. Mahasiswa jurusan Agronomi dan Holtikultura IPB ini berharap  rekan-rekannya bisa terpacu lagi merealisasikan program.

Semangat yang dimiliki LDK, kata Khairil, niscaya bakal mengantarkan mereka mampu  merengkuh posisi di berbagai bidang, baik di tingkat nasional maupun internasional. ed: ferry kisihandi

Belajar dari Karakter Rasulullah



Betapa selalu tergugahnya hati ini ketika membaca kisah-kisah  teladan kita Rosulullah saw. Sepenggal kisah yang terbingkai dalam fakta sajarah ketika suatu hari Rosulullah Muhammad s.a.w dan pamannya, Abu Tholib, dihadapkan pada sebuah pilihan yang sulit.

Ketika itu,  Abu Tholib, seorang  paman  yang sangat menyayangi Rosulullah , didatangi oleh pemuka Quraisy yang datang untuk menyatakan keberangan mereka terhadap apa yang dibawa Rosulullah Muhammad s.a.w. Mereka khawatir karena agama Tauhid yang dibawa Rosulullah Muhammad s.a.w pasti akan  mengancam eksistensi paganisme dan berhala yang mereka agung-agungkan. Oleh sebab itu, pemuka Quraisy pun memberikan penawaran-penawaran agar Rosulullah mau meninggalkan ‘agama baru’ tersebut. Bukan hanya itu, penawaran yang ditawarkan pun disertai dengan ancaman sehingga kondisi ini membuat Abu Tholib dihadapkan kepada dua pilihan yang sulit.
Prihal kedatangan pemuka Quraisy pun diberitahukan kepada Rosulullah Muhammad saw. Abu Tholib berkata,” wahai keponakanku, sesungguhnya usiaku sudah tua, janganlah engkau susahkan aku dengan urusan-urusan yang sudah tidak sanggup lagi ku pikul.
Mendengar detail permasalahan yang disampaikan, rosul merasa berempati, beliau turut merasakan kesusahan yang dirasakan oleh paman yang sangat dicintainya itu. Hingga pada akhirnya, air mata pun tak tertahankan dan mengalir membasahi pipi beliau. Namun, apa yang terucap dari kedua bibir Rosulullah Muhammad s.a.w sangat mengejutkan Abu Tholib. Dengan segenap keempatian dan kelembutan hati, terucaplah sebuah kata-kata indah dari bibir Rosulullah,” Wahai paman, Demi Allah, sekalipun mereka letakkan matahari di pundak kananku dan bulan di pundak kiriku agar aku tinggalkan dakwah ini, niscayalah aku tidak akan meninggalkannya, hingga agama ini tegak atau aku mati karenanya.”
Kalimat yang sangat indah dan terukur, meskipun hati sedang tergetar hebat dan air mata bercucuran dengan derasnya, namun ketegasan tidak luntur sedikitpun  dari dalam diri beliau. Sebuah kisah keteladanan yang baik dalam hal keteguhan memegang prinsip dari Rosulullah s.a.w yang patut kita teladani. Ketegasan tidak harus diejawantahkan dengan sikap defensive, artinya menutup diri dari kondisi di lapangan. Atau bahkan masih banyak orang yang mengartikan bahwa ketegasan identik dengan amarah. Kisah ini memperkenalkan kepada kita sebuah role model  yang baik dalam konsep ketegasan. Bagaimana ketegasan itu masih bisa bersanding dengan keempatian. Memahami perasaan lawan bicara, susah-senangnya, rela-tidaknya, marah-sedihnya, namun prinsip yang kita pegang tetap membuat kita kuat dan tidak larut dalam keadaan.
Namun jika kita tilik generasi sekarang ini dengan segala “kecanggihannya”, masih sangat sulit kita temukan orang-orang yang memilki karakter kelembutan hati dengan ketegasan yang tinggi. Karena biasanya yang kita ketahui bahwa dua karakter ini tumbuh berseberangan. Namun, ternyata anggapan itu tidak sepenuhnya benar, karena 14 Abad yang lalu telah ada  sesosok manusia yang memilikinya, yakni Rosulullah Muhammda saw. Semoga kita bisa meneladani  beliau di dalam menghadapi kehidupan ini.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab:21)

Oleh : Khairil Azhar

Ekspektasi Sahabat


 12 Mei 2011
Dari atas hamparan rahmat

Sahabat
ku tak menuntut semi saat gugur meranggas
hanya saja, belajarlah pada  hujan saat kering mencekam dedaunan
kabarkan telaga hijau  tatkala  terik merah
teruslah ingatkan angin, tatkala hendak menjadi badai
jangan segan menarik waktu..saat ia kian terulur
dan jagalah wanginya  hati, di saat dunia amis oleh kebohongan

Ikatan ini tak mati
kusaksikan sendiri, Ia menampar-nampar wajah pragmatis!
Membebat kematian, membebaskan kehidupan
meggantungkan mimpi pada dahan harapan
menginkubasi loyalitas
 mengandung embrio keempatian
hingga melahirkan karya-karsa bersama
oleh karenanya, tak meski duka yang tinggal saat kau tiada
karena hujan tak semata  duka Cumulo-nimbus yang ditinggal sang mentari
 bisa jadi, ia adalah undangan eksklusif buat sang pelangi, bisa jadi

Sahabat,
kebahagiaan akan lebih bersinar saat cahayanya bisa kau bagi
hingga memori bersemayam tak urung pergi
karena kenangan bukan semata cincin-cincin kerat angin
yang hilang ditelan awan
namun ia adalah jejak yang membekas
hingga waktu menjadi pembatas
dan karena seberapapun batu disimpan, pasti akan lapuk dan hancur
sementara seberapa jauhpun berlian dicampakkan
kemilaunya akan tetap menarik perhatian
maka bersinarlah dengan pendar warnamu, wahai sahabatku