Sunday, September 25, 2011

Surat Cinta Penuh Renungan (Q.S Luqman 33-34)

(33) Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah satu hari (yang pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknyadan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah

(34) Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiadalah seorangpun yang  dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiaa seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Tuesday, August 30, 2011

Ramadhan bulan Kemerdekaan


Pagi itu benar-benar pagi yang bersejarah bagi bangsa Indonesia, dimana rakyat yang memanggul bambu runcing dan senjata tajam sudah berkumpul untuk mendengarkan dibacakannya teks Proklamasi.  Tujuh puluh prajurit dan lima perwira  Tentara Pembela Tanah Air pun siaga penuh , bersiap menghadang kalau bala tentara jepang datang menyerang (Suryanegara, 2010).

Hingga momentum yang diharapkan pun tiba.  Jum’at Legi  pukul 10.00 pagi, 17 Agustus 1945, bertepatan dengan tanggal 09 Ramadhan 1364 H, dibacakanlah Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. 

Friday, August 5, 2011

FSLDK Priangan Barat Aksi Putih di Tugu Kujang

 


Oleh Indah Wulandari/ Koran Republika

Lembaga Dakwah Kampus (LDK) se-Bogor yang tergabung dalam Forum Silaturahim LDK  (FSLDK) Priangan Barat sambut bulan Ramadhan dengan aksi putih. Mereka ingin mengajak warga Kota Hujan mencintai bulan suci umat Islam ini dengan melakukan berbagai ibadah.

Aksi yang dilakukan Sabtu lalu (30/7) itu berlangsung selama dua jam hingga waktu Zhuhur. Ratusan anggota LDK gabungan dari berbagai universitas berkumpul di Tugu Kujang, Jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor. Mereka membawa berbagai spanduk serta tulisan-tulisan dalam karton berisikan ajakan beribadah.

Thursday, July 7, 2011

Surat Cinta buat Tuhanku

begitu mudahnya Allah membolak-balikkan hati seorang hamba .... pagi beramal, petang bermaksiat, hari ini beriman, besok menentang agama, siangnya bahagia, sore sedih bukan kepalang, hari ini bersahabat, besok bermusuhan..

Tuesday, June 14, 2011

Jumat, 10 Juni 2011 pukul 15:03:00 Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK)Menyatukan Tekad di Puskomdays

Oleh Indah Wulandari

---Koran Republika---
Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) se-Indonesia menyatukan tekad meraih posisi di kancah internasional. Tekad tersebut digaungkan pada gelaran Puskom Days selama tiga hari lalu, yaitu pada 3 hingga 5 Juni 2011 di kampus Dermaga, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Semangat meraih prestasi internasional itu tecermin dari tema acara "Potensi Indonesia dalam Restrukturisasi Internasional". Antusiasme peserta dari Sabang hingga Merauke pun tampak mulai awal hingga akhir acara. Tercatat 47 universitas mengirimkan delegasinya. Setidaknya ada sekitar 400 mahasiswa mengikuti seluruh rangkaian acara.

Pada hari pertama, mantan menteri kelautan dan perikanan, Rokhmin Dahuri, menyampaikan pandangan-pandangannya. Ia mengupas tuntas potensi sumber daya alam Indonesia serta peta politik perdagangan dunia. Menurutnya, peran pemuda Muslim sangat dibutuhkan untuk merestrukturisasi kekuatan Indonesia dalam persaingan global.

"Semuanya tinggal menunggu waktu saja. Potensi pemuda Indonesia sangat besar, hanya tinggal menambah kepercayaan diri," ungkap Rokhmin. Urusan internal pun dibahas di hari berikutnya. Panitia acara merancang pelatihan-pelatihan khusus bagi para kader lembaga dakwah kampus (LDK) dari daerah.

Mereka melakukan akselerasi program nasional serta rapat-rapat membahas program kerja lanjutan. "Acara ini sekaligus memberi pemahaman bagi para kader agar lebih mengembangkan potensi di wilayahnya masing-masing," papar Ketua Panitia Puskom Days, Khairil Azhar.

Menurut dia, kegiatan ini juga sekaligus menjadi salah satu bentuk koordinasi jejaring FSLDK yang lebih solid. Di hari terakhir, ada pembekalan organisasi mandiri. Setelah melakukan long march mengelilingi kampus IPB, ratusan peserta mengikuti seminar sekaligus pelatihan LDK Mandiri Financial.

Mereka saling berbagi kiat-kiat menjadi organisasi produktif untuk membiayai kegiatan  operasionalnya. Caranya, sebut Khairil, dengan menggunakan potensi yang ada serta jeli memanfaatkan peluang. Mahasiswa jurusan Agronomi dan Holtikultura IPB ini berharap  rekan-rekannya bisa terpacu lagi merealisasikan program.

Semangat yang dimiliki LDK, kata Khairil, niscaya bakal mengantarkan mereka mampu  merengkuh posisi di berbagai bidang, baik di tingkat nasional maupun internasional. ed: ferry kisihandi

Belajar dari Karakter Rasulullah



Betapa selalu tergugahnya hati ini ketika membaca kisah-kisah  teladan kita Rosulullah saw. Sepenggal kisah yang terbingkai dalam fakta sajarah ketika suatu hari Rosulullah Muhammad s.a.w dan pamannya, Abu Tholib, dihadapkan pada sebuah pilihan yang sulit.

Ketika itu,  Abu Tholib, seorang  paman  yang sangat menyayangi Rosulullah , didatangi oleh pemuka Quraisy yang datang untuk menyatakan keberangan mereka terhadap apa yang dibawa Rosulullah Muhammad s.a.w. Mereka khawatir karena agama Tauhid yang dibawa Rosulullah Muhammad s.a.w pasti akan  mengancam eksistensi paganisme dan berhala yang mereka agung-agungkan. Oleh sebab itu, pemuka Quraisy pun memberikan penawaran-penawaran agar Rosulullah mau meninggalkan ‘agama baru’ tersebut. Bukan hanya itu, penawaran yang ditawarkan pun disertai dengan ancaman sehingga kondisi ini membuat Abu Tholib dihadapkan kepada dua pilihan yang sulit.
Prihal kedatangan pemuka Quraisy pun diberitahukan kepada Rosulullah Muhammad saw. Abu Tholib berkata,” wahai keponakanku, sesungguhnya usiaku sudah tua, janganlah engkau susahkan aku dengan urusan-urusan yang sudah tidak sanggup lagi ku pikul.
Mendengar detail permasalahan yang disampaikan, rosul merasa berempati, beliau turut merasakan kesusahan yang dirasakan oleh paman yang sangat dicintainya itu. Hingga pada akhirnya, air mata pun tak tertahankan dan mengalir membasahi pipi beliau. Namun, apa yang terucap dari kedua bibir Rosulullah Muhammad s.a.w sangat mengejutkan Abu Tholib. Dengan segenap keempatian dan kelembutan hati, terucaplah sebuah kata-kata indah dari bibir Rosulullah,” Wahai paman, Demi Allah, sekalipun mereka letakkan matahari di pundak kananku dan bulan di pundak kiriku agar aku tinggalkan dakwah ini, niscayalah aku tidak akan meninggalkannya, hingga agama ini tegak atau aku mati karenanya.”
Kalimat yang sangat indah dan terukur, meskipun hati sedang tergetar hebat dan air mata bercucuran dengan derasnya, namun ketegasan tidak luntur sedikitpun  dari dalam diri beliau. Sebuah kisah keteladanan yang baik dalam hal keteguhan memegang prinsip dari Rosulullah s.a.w yang patut kita teladani. Ketegasan tidak harus diejawantahkan dengan sikap defensive, artinya menutup diri dari kondisi di lapangan. Atau bahkan masih banyak orang yang mengartikan bahwa ketegasan identik dengan amarah. Kisah ini memperkenalkan kepada kita sebuah role model  yang baik dalam konsep ketegasan. Bagaimana ketegasan itu masih bisa bersanding dengan keempatian. Memahami perasaan lawan bicara, susah-senangnya, rela-tidaknya, marah-sedihnya, namun prinsip yang kita pegang tetap membuat kita kuat dan tidak larut dalam keadaan.
Namun jika kita tilik generasi sekarang ini dengan segala “kecanggihannya”, masih sangat sulit kita temukan orang-orang yang memilki karakter kelembutan hati dengan ketegasan yang tinggi. Karena biasanya yang kita ketahui bahwa dua karakter ini tumbuh berseberangan. Namun, ternyata anggapan itu tidak sepenuhnya benar, karena 14 Abad yang lalu telah ada  sesosok manusia yang memilikinya, yakni Rosulullah Muhammda saw. Semoga kita bisa meneladani  beliau di dalam menghadapi kehidupan ini.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab:21)

Oleh : Khairil Azhar

Ekspektasi Sahabat


 12 Mei 2011
Dari atas hamparan rahmat

Sahabat
ku tak menuntut semi saat gugur meranggas
hanya saja, belajarlah pada  hujan saat kering mencekam dedaunan
kabarkan telaga hijau  tatkala  terik merah
teruslah ingatkan angin, tatkala hendak menjadi badai
jangan segan menarik waktu..saat ia kian terulur
dan jagalah wanginya  hati, di saat dunia amis oleh kebohongan

Ikatan ini tak mati
kusaksikan sendiri, Ia menampar-nampar wajah pragmatis!
Membebat kematian, membebaskan kehidupan
meggantungkan mimpi pada dahan harapan
menginkubasi loyalitas
 mengandung embrio keempatian
hingga melahirkan karya-karsa bersama
oleh karenanya, tak meski duka yang tinggal saat kau tiada
karena hujan tak semata  duka Cumulo-nimbus yang ditinggal sang mentari
 bisa jadi, ia adalah undangan eksklusif buat sang pelangi, bisa jadi

Sahabat,
kebahagiaan akan lebih bersinar saat cahayanya bisa kau bagi
hingga memori bersemayam tak urung pergi
karena kenangan bukan semata cincin-cincin kerat angin
yang hilang ditelan awan
namun ia adalah jejak yang membekas
hingga waktu menjadi pembatas
dan karena seberapapun batu disimpan, pasti akan lapuk dan hancur
sementara seberapa jauhpun berlian dicampakkan
kemilaunya akan tetap menarik perhatian
maka bersinarlah dengan pendar warnamu, wahai sahabatku



Sunday, May 22, 2011

Harapan Kebangkitan


“Cukup sudah negeri ini tersayat oleh keterpurukan, tak kan ada lagi kata kemaksiatan, hujatan, dan  cukup sudah negeri ini luluh lantak oleh tangan-tangan pragmatis...Hari ini, Ibu Pertiwi akan tersenyum, menyaksikan pemuda-pemuda yang dikandung rahimnya tumbuh dengan membawa segenggam harapan, harapan perubahan dan bangkitnya tonggak  peradaban! Sejahtera dalam kekuatan;sejahtera dalam ke-madani-an.

Pemuda adalah nakhoda, agent of change, konstruktor peradaban, pelopor kebangkitan. Ku yakin telingamu sudah sangat akrab dengan kalimat-kalimat seruan semacam itu. Namun kawan, jika ku cerna dan coba ku terjemahkan arti kebangkitan, merefleksikannya dengan kondisi negeriku saat ini, semakin tidak percaya betapa pahitnya  kebangkitan itu. Gamang ku katakan,  adakah hal lain yang lebih pahit dari yang namanya kebangkitan?   Apakah ini yang namanya  kebangkitan hakiki, ataukah hanya jargon-jargon yag menjadi sampul kesengsaraan?
Aku tidak tahu sudah berapa lapis generasi pemuda yang mewarisi kebangkitan semacam ini. Namun dikala estafet ini bergilir ke generasiku, membuatku sadar bahwa sangat banyak yang harus dibenahi. Saat ini aku berani menjamin, kalau tujuan estafet kebangkitan ini tidak akan bisa tercapai hanya dengan “berkritis ria”, hujat sana-sini tanpa berbuat apa-apa. Terlebih lagi jika aku dan kamu hanya diam berpangku tangan kawan. Aku berani jamin , kebangkitan ini hanya aka menjadi isapan jempol belaka, tidak jauh berbeda dengan sebelumnya.  
Bukan aku berbicara kosong tentang arti kebangkitan yang kososng,  tapi data-data konkret tersebar di sekelilingku dan di sekelilingmu. Mereka hidup, dan mereka pun berbicara kebangkitan. Inilah meraka:

Acap kali aku melintas dari arah timur sudut kampusku. Setiap hari pula, terulur salam [plus] kaleng perak berkarat yang disuguhkan seorang nenek berpenutup kepala  lusuh,   berdiri di tepi jalan tak kenal terik sambil berharap ada satu-dua orang yang menyisihkan rezeki untuk mengisi kaleng peraknya. Sekali lagi, ia adalah seorang perempuan tua yang ku taksir umurnya tidak lebih muda dari 60 tahun-an.

Selasa, Maret 2011. Di terminal, Aku bersama sahabatku sedang menunggu barang titipan yang tak kunjung diantar. Tiba-tiba  seorang wanita paruh baya yang membawa tas hitam menghampiri kami berdua. Wanita tersebut menjelaskan perihal dirinya yang baru saja kecopetan. Wanita tersebut kemudian meyakinkan kami berkali-kali dan memohon  belas kasihan untuk memberikan uang 5 ribu rupiah agar dirinya bisa pulang. Tidak mau berlama-lama dan memang dihampiri rasa iba, temanku pun memberikan sesuai tuntutan sang wanita. Belum berselang begitu lama, kami melihat wanita tersebut bukannya pulang, tapi malah melakukan hal yang sama terhadap beberapa orang yang lewat di daerah tersebut, modusnya sama “kecopetan”.

Hari ini, di negeriku, setiap lembaga yang berdedikasi untuk memberantas korupsi tak hentinya “digoyang”. Tahanan berduit seenaknya keluar-masuk penjara,  malam di bui, siang sudah di Bali.  Si dia yang “sudah terlanjur jadi idola”, mengundang empati meskipun senang berzina. Pak polisi disiplin di kantor, di jalanan “malakin” mahasiswa yang tak berhelm dan tak ber-STNK. Belakangan, bom meledak tak kenal tempat, mulai dari kafe para hedonis hingga masjid para ulama. Pemimpin tak dihormati rakyatnya. Rekruitmen kader negara dalam negara tak kunjung dihentikan, korban pun terus berjatuhan, nyawa dan uang jadi taruhan.
Itu semua realita kawan, realita kebangkitan. Hanya saja, ini kebangkitan versi siapa? Aku lebih senang menyebutnya ini kebangkitan versi lama. Sudah terlalu lama dan usang. Oleh sebab itu kawan, mari merancang konsep kebangkitan kita yang benar-benar baru. Konsep kebangkitan versi kita, versi generasi muda abad 21:
“Cukup sudah negeri ini tersayat oleh keterpurukan, tak kan ada lagi kata kemaksiatan, hujatan, dan  cukup sudah negeri ini luluh lantak oleh tanga-tangan pragmatis...Hari ini, Ibu Pertiwi akan tersenyum, menyaksikan pemuda-pemuda yang dikandung rahimnya tumbuh dengan membawa segenggam harapan, harapan perubahan dan bangkitnya tonggak  peradaban! Sejahtera dalam kekuatan; sejahtera dalam ke-madani-an.