Tiba pukul 23.22 WIB
dan aku harus menggedor2 pintu kosan agar penjaga mendengar. Membukakanku pintu
sambil terhuyung-huyung. sepertinya aa penjaga kosan memang baru saja terlelap.
Aku sambil mengucapkan maaf plus terima kasih ngeloyor masuk sambil tersenyum
janggal. Pertama karena kasihan lihat si aa terganggu istirahatnya, kedua
karena di peraturan kos harusnya gerbang ditutup pukul 00.00 WIB, ketiga adegan
ini sering terulang. Hmmm..Tersenyum janggal lagi.
Sudah di kamar, tapi
mata belum jinak..malah jari tambah liar pengen nulis...
Akhirnya tertuanglah
isi kepalaku tentang kejadian beberapa hari yang lalu...
Kudeta militer yang
memaksa presiden terpilih Mesir, DR. Muhammad Mursi, turun dari panggung
pemerintahan telah memicu reaksi masyarakat pendukungnya.Jutaan rakyat mesir
turun ke jalan melakukan aksi demonstrasi di berbagai daerah. Pilunya, aksi
damai ini direspon secara represif oleh militer dan terjadilah adegan
pembantaian massal yang membuat mata dunia terbelalak (meski dengan mulut tersumpal
dan telinga rapat tersumbat). Ribuan nyawa meregang beserta darah yang tertumpah di bumi kinanah. Astaghfirullah...
Namun sayangnya berita
meninggalnya ribuan manusia di Mesir tak seheboh meninggalnya 4 orang di
Boston. Sepi pemberitaan, tak satupun stasiun televisi yang bersemangat
menayangkan tragedi kemanusiaan ini meskipun setiap menitnya jatuh korban baru.
Media mainstream saat ini lebih
tertarik pada kasus pembunuhan seorang manajer cantik, kasus curanmor, kasus
pemerkosaan, dan kasus-kasus sempalan lainnya. Kalau pun ada ditayangkan
sesekali dengan pengaburan opini. Akibat bungkamnya media mainstream ini sebagia besar masyarakat tak terbuka wawasannya,
hingga tak tumbuh kepeduliannya. Padahal kepedulian itu adalah simbol kebesaran
suatu bangsa.
untunglah informasi
seputar kondisi mesir tak terbendung di dunia maya. Lewat life streaming yang begitu
aktual ditayangkan aljazeera bersama informasi yang mengalir deras di twitter,
masyarakat dunia pun bisa menyaksikan. Betapa medan raba’ah Al adawiyah dan
bundaran ramses telah tampak seperti medan perang... tenda-tenda dibakar...
peluru tajam dilesatkan... semua itu diarahkan pada titik aksi dimana jutaan
manusia sedang berkumpul. Dalam hitungan 7 menit 2000 orang terbunuh tak
terhitung yang terluka. Siapa saja korban yang berjatuhan? Laki-laki,
perempuan, anakk-anak, kakek-kakek, nenek-nenek, pelajar, doktor, guru, ulama,
dan seterusnya tanpa pandang bulu. Warna bendera mesir begitu pas
mendeskripsikan kondisi rakyatnya, Merah bersimbah darah, putih terbungkus
kafan, hitam terpanggang. Dalam agamaku...Membunuh satu orang dari umat muslim senilai dengan membunuh umat muslim
seluruhnya. Dan kini Al Sisi bertanggung jawab atas pembunuhan ribuan nyawa
umat muslim. Seperti apa kira-kira ganjarannya?
Di Indonesia,
pembantaian yang menjadi fakta memilukan di Mesir ini mendapatkan respon dari
masyarakat di berbagai daerah. FSLDK Indonesia yang menjadi wadah berjuangku
saat ini pun tampil menjadi motor penggerak mahasiswa. Jum’at 16 Agustus 2013
tercatat di 18 daerah di Indonesia, FSLDK melakukan aksi solidaritas untuk
Mesir. Tak terkecuali di bundaran HI Jakarta di mana aku dan 200-an orang
Mahasiswa lainnya berkumpul untuk melakukan aksi solidaritas.
Tapi ada yang sedikit menggelitik.
Awalnya khidmat sekali rasanya saat aksi dibuka dengan tilawah Al Qur’an yang
dibacakan salah seorang rekan kami dari UIN. Terasa sekali ketika ayat suci
dibacakan, niat semakin lurus dan mantap, serta ada ruh kepedulian yang semakin
menyala-nyala. Namun setelah tilawah dibacakan dan MC mengucapkan terima kasih
kepada beliau yang membacakan ayat suci
Al Qur’an, tersebutlah bahwa namanya Hosni Mubarok. Beberapa massa aksi yang
mendengar penyebutan nama itu menyunggingkan senyum. Afwan akhi jangan
tersinggung ya, tapi nama Hosni Mubarok memang sangat terkenal di Mesir. :D
Kami hanya diberikan
waktu setengah jam dan tidak diizinkan longmarch
oleh polisi yang berjaga karena besok 17 Agustus. Namun waktu yang singkat ini
efektif membangkitkan semangat juangku berkali-kali lipat. Semoga yang lain
merasakan hal yang sama. Apalagi saat salah seorang mahasiswa UNJ naik ke mobil
sound dan menginstruksi massa aksi menengadahkan wajah ke tugu bundaran HI
sambil mengepalkan tangan ke atas. Berikut sepenggal kalimat orasinya yang membuat
semangatku meletup “Demi Allah, ketika pemerintah tidak bertindak tegas atas
kejadian yang menimpa saudara-saudara kami di Mesir saat ini, jangan salah kan
kami ribuan mahasiswa akan bergerak ke istana dan mengulang sejarah 98!!!”.
Beugh, jujur mendengar itu rasanya aku pengen lari dan manjat ke tugu HI sambil
berteriak “Jika kami punya seorang saja pemberani seperti Erdogan, itu sudah
cukup bagi kami daripada punya 1000 pengecut seperti SBY!!!”
Massa akhwat
dimobilisasi ke istiqal saat aksi dibubarkan oleh korlap. Ikhwan menunggu
giliran kemudian. Di sela-sela menunggu bus menjemput, massa ikhwan mengisi
waktu dengan tilawah Al Qur’an. Pemandangan yang menarik sekaigus meneduhkan.
Puluhan Mahasiswa Indonesia dengan almamater warna-warni berembel-embel
intelektual muda, kini berjajar di trotoar jalan sambil membaca Al Qur’an. Ini
menjadi pemandangan kontras di antara mobil-mobil lalu lalang terlebih matahari
Jakarta kala itu terik membakar . Tapi sengatan panas tak terasa lagi di badan
di kala hati telah tersejukkan oleh bait-bait ayat suci. Kami tak beranjak
pindah ke tempat yang lebih sejuk sebelum ada instruksi dari polisi.
Pukul setengah 12. tak
sabar lagi menunggu karena waktu solat jum’at semakin dekat. Sementara bus yang
diharap kehadirannya tak kunjung tiba. Terjadilah adegan yang tak biasa itu.
Pak polisi tiba-tiba menyetop metro mini kosong yang melintas dan berkata pada
supirnya “tolong antarkan mahasiswa2 ini ke istiqlal, hari jum’at beramal ya”.
Pak supir pun bersedia mengantar kami hingga tujuan dan tidak mau dibayar. Hey?
Ternyata masih tersisa kebaikan semacam ini di jakarta :D Terima kasih pada pak
Supir dan pak polisi.
Solat jum’at di
Istiqal. Ribuan orang berlomba mengisi saf terdepan. Saat rakaat kedua,
dibacakan qunut nazilah.... di antara doanya, imam tiga kali mengulang
“Allahummanshur ikhwanal mujahidina fi misro” dengan nada meninggi. Ya Allah
merinding rasanya..terbayang betapa tegarnya saudara-saudara muslim kami yang
dibantai itu..dada bergemuruh dan mata pedih tak kuasa menahan air mata.
Membuncah segala kesedihan yang selama ini tertahan. Kini semua tertumpah di
hadapanMu. Suara isak tangis, sesenggukan, bahkan takbir memenuhi segala
penjuru ruangan masjid..tangis berpilin dengan do’a yang terlantun dari belahan
hati yang paling tulus. Benar-benar haru saat itu. Bahkan hingga sujud dan
salam mengakhiri solat, air mata ini tak kunjung mereda.
Sehabis solat, aksi
sollidaritas kembali dillanjutkan. Kali ini ribuan massa berjalan untuk berdemo
di kedubes AS. Terasa ringan langkah ini dan energi bagai megganda berkali-kali
lipat. Siap menyuarakan setiap jerit kemanusiaan yang tengah menggema di bumi
kinanah. There come a time when silence is betrayal. Allahuakbar!! End. 1.38
WIB.
No comments:
Post a Comment