Sunday, August 18, 2013

Sepenggal Hari Bersama Mesir



Tiba pukul 23.22 WIB dan aku harus menggedor2 pintu kosan agar penjaga mendengar. Membukakanku pintu sambil terhuyung-huyung. sepertinya aa penjaga kosan memang baru saja terlelap. Aku sambil mengucapkan maaf plus terima kasih ngeloyor masuk sambil tersenyum janggal. Pertama karena kasihan lihat si aa terganggu istirahatnya, kedua karena di peraturan kos harusnya gerbang ditutup pukul 00.00 WIB, ketiga adegan ini sering terulang. Hmmm..Tersenyum janggal lagi.



Sudah di kamar, tapi mata belum jinak..malah jari tambah liar pengen nulis...

Akhirnya tertuanglah isi kepalaku tentang kejadian beberapa hari yang lalu...
Kudeta militer yang memaksa presiden terpilih Mesir, DR. Muhammad Mursi, turun dari panggung pemerintahan telah memicu reaksi masyarakat pendukungnya.Jutaan rakyat mesir turun ke jalan melakukan aksi demonstrasi di berbagai daerah. Pilunya, aksi damai ini direspon secara represif oleh militer dan terjadilah adegan pembantaian massal yang membuat mata dunia terbelalak (meski dengan mulut tersumpal dan telinga rapat tersumbat). Ribuan nyawa meregang beserta darah yang  tertumpah di bumi kinanah. Astaghfirullah...

Namun sayangnya berita meninggalnya ribuan manusia di Mesir tak seheboh meninggalnya 4 orang di Boston. Sepi pemberitaan, tak satupun stasiun televisi yang bersemangat menayangkan tragedi kemanusiaan ini meskipun setiap menitnya jatuh korban baru. Media mainstream saat ini lebih tertarik pada kasus pembunuhan seorang manajer cantik, kasus curanmor, kasus pemerkosaan, dan kasus-kasus sempalan lainnya. Kalau pun ada ditayangkan sesekali dengan pengaburan opini. Akibat bungkamnya media mainstream ini sebagia besar masyarakat tak terbuka wawasannya, hingga tak tumbuh kepeduliannya. Padahal kepedulian itu adalah simbol kebesaran suatu bangsa.

untunglah informasi seputar kondisi mesir tak terbendung di dunia maya. Lewat life streaming yang begitu aktual ditayangkan aljazeera bersama informasi yang mengalir deras di twitter, masyarakat dunia pun bisa menyaksikan. Betapa medan raba’ah Al adawiyah dan bundaran ramses telah tampak seperti medan perang... tenda-tenda dibakar... peluru tajam dilesatkan... semua itu diarahkan pada titik aksi dimana jutaan manusia sedang berkumpul. Dalam hitungan 7 menit 2000 orang terbunuh tak terhitung yang terluka. Siapa saja korban yang berjatuhan? Laki-laki, perempuan, anakk-anak, kakek-kakek, nenek-nenek, pelajar, doktor, guru, ulama, dan seterusnya tanpa pandang bulu. Warna bendera mesir begitu pas mendeskripsikan kondisi rakyatnya, Merah bersimbah darah, putih terbungkus kafan, hitam terpanggang. Dalam agamaku...Membunuh satu orang dari umat muslim  senilai dengan membunuh umat muslim seluruhnya. Dan kini Al Sisi bertanggung jawab atas pembunuhan ribuan nyawa umat muslim. Seperti apa kira-kira ganjarannya?

Di Indonesia, pembantaian yang menjadi fakta memilukan di Mesir ini mendapatkan respon dari masyarakat di berbagai daerah. FSLDK Indonesia yang menjadi wadah berjuangku saat ini pun tampil menjadi motor penggerak mahasiswa. Jum’at 16 Agustus 2013 tercatat di 18 daerah di Indonesia, FSLDK melakukan aksi solidaritas untuk Mesir. Tak terkecuali di bundaran HI Jakarta di mana aku dan 200-an orang Mahasiswa lainnya berkumpul untuk melakukan aksi solidaritas.

Tapi ada yang sedikit menggelitik. Awalnya khidmat sekali rasanya saat aksi dibuka dengan tilawah Al Qur’an yang dibacakan salah seorang rekan kami dari UIN. Terasa sekali ketika ayat suci dibacakan, niat semakin lurus dan mantap, serta ada ruh kepedulian yang semakin menyala-nyala. Namun setelah tilawah dibacakan dan MC mengucapkan terima kasih kepada  beliau yang membacakan ayat suci Al Qur’an, tersebutlah bahwa namanya Hosni Mubarok. Beberapa massa aksi yang mendengar penyebutan nama itu menyunggingkan senyum. Afwan akhi jangan tersinggung ya, tapi nama Hosni Mubarok memang sangat terkenal di Mesir. :D

Kami hanya diberikan waktu setengah jam dan tidak diizinkan longmarch oleh polisi yang berjaga karena besok 17 Agustus. Namun waktu yang singkat ini efektif membangkitkan semangat juangku berkali-kali lipat. Semoga yang lain merasakan hal yang sama. Apalagi saat salah seorang mahasiswa UNJ naik ke mobil sound dan menginstruksi massa aksi menengadahkan wajah ke tugu bundaran HI sambil mengepalkan tangan ke atas. Berikut sepenggal kalimat orasinya yang membuat semangatku meletup “Demi Allah, ketika pemerintah tidak bertindak tegas atas kejadian yang menimpa saudara-saudara kami di Mesir saat ini, jangan salah kan kami ribuan mahasiswa akan bergerak ke istana dan mengulang sejarah 98!!!”. Beugh, jujur mendengar itu rasanya aku pengen lari dan manjat ke tugu HI sambil berteriak “Jika kami punya seorang saja pemberani seperti Erdogan, itu sudah cukup bagi kami daripada punya 1000 pengecut seperti SBY!!!”

Massa akhwat dimobilisasi ke istiqal saat aksi dibubarkan oleh korlap. Ikhwan menunggu giliran kemudian. Di sela-sela menunggu bus menjemput, massa ikhwan mengisi waktu dengan tilawah Al Qur’an. Pemandangan yang menarik sekaigus meneduhkan. Puluhan Mahasiswa Indonesia dengan almamater warna-warni berembel-embel intelektual muda, kini berjajar di trotoar jalan sambil membaca Al Qur’an. Ini menjadi pemandangan kontras di antara mobil-mobil lalu lalang terlebih matahari Jakarta kala itu terik membakar . Tapi sengatan panas tak terasa lagi di badan di kala hati telah tersejukkan oleh bait-bait ayat suci. Kami tak beranjak pindah ke tempat yang lebih sejuk sebelum ada instruksi dari polisi.

Pukul setengah 12. tak sabar lagi menunggu karena waktu solat jum’at semakin dekat. Sementara bus yang diharap kehadirannya tak kunjung tiba. Terjadilah adegan yang tak biasa itu. Pak polisi tiba-tiba menyetop metro mini kosong yang melintas dan berkata pada supirnya “tolong antarkan mahasiswa2 ini ke istiqlal, hari jum’at beramal ya”. Pak supir pun bersedia mengantar kami hingga tujuan dan tidak mau dibayar. Hey? Ternyata masih tersisa kebaikan semacam ini di jakarta :D Terima kasih pada pak Supir dan pak polisi.

Solat jum’at di Istiqal. Ribuan orang berlomba mengisi saf terdepan. Saat rakaat kedua, dibacakan qunut nazilah.... di antara doanya, imam tiga kali mengulang “Allahummanshur ikhwanal mujahidina fi misro” dengan nada meninggi. Ya Allah merinding rasanya..terbayang betapa tegarnya saudara-saudara muslim kami yang dibantai itu..dada bergemuruh dan mata pedih tak kuasa menahan air mata. Membuncah segala kesedihan yang selama ini tertahan. Kini semua tertumpah di hadapanMu. Suara isak tangis, sesenggukan, bahkan takbir memenuhi segala penjuru ruangan masjid..tangis berpilin dengan do’a yang terlantun dari belahan hati yang paling tulus. Benar-benar haru saat itu. Bahkan hingga sujud dan salam mengakhiri solat, air mata ini tak kunjung mereda.

Sehabis solat, aksi sollidaritas kembali dillanjutkan. Kali ini ribuan massa berjalan untuk berdemo di kedubes AS. Terasa ringan langkah ini dan energi bagai megganda berkali-kali lipat. Siap menyuarakan setiap jerit kemanusiaan yang tengah menggema di bumi kinanah. There come a time when silence is betrayal. Allahuakbar!! End. 1.38 WIB.


No comments:

Post a Comment